Rabu, 30 November 2011

Hutanku Hilang, Orang Utanku Malang

Dapat dikatakan perbuatan yang tidak berkepribinatangan tindakan pembantaian terhadap Orang Utan di Kalimantan Timur yang terjadi akhir-akhir ini, hutan yang merupakan habitat Orang utan dibabat habis hanya demi kepentingan investor Industri Kelapa Sawit, yang sedang menjadi primadona investasi disektor perkebunan sekarang ini, tapi seharusnya kebijakan pemerintah yang satu ini, harus juga memperhatikan keseimbangan, bukan dilakukan secara membabi-buta.
Sejak mulai diberitakan media, soal pembantaian orang utan ini belum mendapat tanggapan secara serius dari pejabat terkait, khususnya menteri kehutanan. Habisnya hutan yang menjadi habitat orang utan, yang mana jenis binatang ini termasuk satwa yang dilindungi eksistensinya, karena orang utan termasuk binatang yang populasinya tidaklah banyak, semestinya pemerintah melindungi hutan cagar alam yang menjadi habitat orang utan ini, bukan membabat habis demi kepentingan investasi.
Sungguh miris membaca berita dimedia tentang pembantaian orang utan yang terjadi akhir-akhir ini, mereka dibantai hanya demi kepentingan sekelompok pengusaha, tanpa memikirkan eksistensi orang utan sebagai binatang yang dilindungi, sementara banyak para pecinta binatang memprotes tindakan oknum yang melakukan pembantaian tersebut. Lebih mirisnya lagi pelaku pembantaian ini disuruh oleh para pengusaha Industri kelapa sawit, tapi yang ditangkap hanya pelaku pembantaian, yang menyuruh malah tidak dikenakan sanksi apa-apa.
Seperti yang diberitakan Kompas.com : Penangkapan dua pelaku pembantaian orangutan di Kalimantan Timur disambut baik para penggiat konservasi. Namun, upaya melindungi orangutan dinilai masih belum selesai. Otak pelaku pembantaian harus diusut tuntas.
Resiko dari pembabatan hutan secara membabi buta memanglah hilangnya habitat bagi satwa yang ada dalam hutan margasatwa tersebut, adakah hal ini menjadi pertimbangan dari sebuah kebijakan yang diputuskan, apa yang menjadi orientasi kebijakan tersebut, keuntungan investasi semata, atau ada keuntungan pribadi yang menjadi landasannya. kalau saja pemerintah tidak lagi mempertimbangkan faktor keseimbangan alam, maka cepat atau lambat bencana pun akan segera mengancam penduduk disekitar perkebunan tersebut.
Bukan hanya orang utan yang akan terancam kehidupannya, tapi masyarakat yang berada disekitarnya pun akan ikut terancam.  Lihat saja tanpa hutan orang utan bisa hidup dimana..mereka terlunta-lunta seperti gelandangan yang kehilangan tempat tinggal, lantas apa bedanya orang utan dengan penduduk yang tergusur tempat tinggalnya hanya karena kepentingan pembangunan.
Seperti yang saya kutip dari pemberitaan Kompas.com : Daniek hendarto dari Center for Orangutan Protection mengatakan bahwa kondisi orangutan saat ini bak gelandangan. Mereka tidak punya tempat tinggal dan terpaksa berkeliaran mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkan makanan.
“Orangutan adalah gelandangan. Pohon tempat mereka tinggal sudah habis. Mereka terpaksa masuk ke perkebunan kelapa sawit dan mempertaruhkan nyawa,” kata Daniek saat dihubungi Kompas.com Selasa (22/11/2011).
Haruskah pembangunan sebuah industri tidak lagi memikirkan kesimbangan alam. Sudah saatnya pemerintah mencermati setiap kebijakan yang akan dikeluarkan, jangan ada sebuah kebijakan dikeluarkan hanya memikirkan kepentingan sekelompok orang, tapi mengorbankan kepentingan masyarakat dan ekosistem yang ada.
“KALAU ANDA MANUSIA, MAKA HARGAILAH JUGA HAK HIDUP BINATANG’